Thursday, February 10, 2011

Muslim Penemu Teori OPTIK

Bismillah,,

Tahu gak tentang pelajaran optik semasa smp, sma duluh? atau bagi kamu yang sekarang lanjutin di dunia fisika? pasti gak asing di telinga kan??? Trus apa pernah dengar tentang siapa penemu teori optik pertama kali???
Apa menurutmu si "Sir Isaac Newton"???
Kalau as-satrah bilang Ibnu Al Haytham???
Kenal tidak???
Jikalau belum kenal dan belum pernah mendengar sejarah yang lampaunya, mari tak baca postingan yang satu ini

Islam adalah agama yang sempurna, dimana ia datang membawa begitu banyak hikmah bagi yang meyakininya. Bukan semata-mata ia turun sebagai pengganti agama sebelumnya yakni yahudi dan nasrani, tapi sebagai penutup bagi agama-agama samawi yang pernah ada. Hikmah tersebut bisa terdapat dalam kehidupan sehari-hari kita. Hanya saja kita diperintahkan untuk menuntut ilmu Allah agar dapat dipergunakan sebagai alat untuk memakmurkan bumi Allah. Salah satu ilmu-Nya adalah tentang cahaya dan optik. Salah satu bahasan fisika yang tidak pernah lepas dari hitung-menghitung dan gambar-menggambar.

Tak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan pada manusia (yang menjadi dasar teori optik modern) adalah ilmuwan Muslim asal Irak. Namanya Ibnu Al-Haitam atau di Barat dikenal dengan nama Alhazen. Lewat karya ilmiahnya, Kitab Al Manadhir atau Kitab Optik, ia menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia.
Ibn al-Haytham/Ibnu Al-Haytham (965-1039)
Nama Lengkap: Abu Ali Muhammad Ibn al-Hasan Ibn al-Haytham
Nama Alias (Barat): Alhazen
Asal: Basra, Irak.
Teori yang dikembangkan: optik, pembiasan cahaya
Karya ilmiah: Kitab al-Manazir (Book of Optics).


Ibn al-Haytham (ib 'u al-hīth n-am') atau Alhazen (ălh zen u ') [ kunci ], 965-c.1040, matematikawan Arab. Ibn al-Haytham lahir di Basra, Persia, tapi membuat karirnya di Kairo, di mana ia mendukung dirinya menyalin naskah ilmiah.

Dikenal di Barat sebagai Alhazen, Alhacen, atau Alhazeni, Abu Ali al-Hasan bin Hasan bin Al-al-Haytham adalah orang pertama untuk menguji hipotesis dengan eksperimen diverifikasi, mengembangkan metode ilmiah lebih dari 200 tahun sebelum para sarjana Eropa mengetahui hal itu -dengan membaca buku-bukunya.


Lahir di Basra pada 965, Ibn al-Haitham mengalihkan perhatiannya terhadap karya-karya para filsuf dan matematikawan Yunani kuno, termasuk Euclid dan Archimedes. Dia menyelesaikan Conics fragmentaris oleh Apollonius dari Perga. Ibn al-Haitham adalah orang pertama yang menerapkan aljabar pada geometri, pendiri cabang matematika yang dikenal sebagai geometri analitik.


Seorang Muslim yang taat, Ibn al-Haitham percaya bahwa manusia cacat dan hanya Allah yang sempurna. Untuk menemukan kebenaran tentang alam, Ibn a-Haitham beralasan, orang harus menghilangkan pendapat manusia dan memungkinkan alam semesta untuk berbicara sendiri melalui eksperimen fisik.

Melalui Kitab Al Manadhir, teori optik pertama kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori Al Haytham ini dikutip banyak ilmuwan. Selama lebih dari 500 tahun, Kitab Al Madahir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik. Di tahun 1572, karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Opticae Thesaurus.


Bab tiga volume pertama buku ini mengupas ide-ide dia tentang cahaya. Dalam buku itu, Haytham meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.


Ia membuat percobaan yang sangat teliti tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan menemukan teori tentang pembiasan cahaya. Ia jugalah yang melakukan eksperimen pertama tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.


Fakta Teori Optik
Yang Tercatat: Isaac Newton pada abad ke-17 mengembangkan teori mengenai lensa, sinar, dan bentuk prisma yang menjadi dasar bagi teori modern mengenai optik
Fakta: Pada abad ke-11 Al Haytham telah mengembangkan teori optik. Tak tertututp kemungkinan, teori Newton dipengaruhi olehnya, karena pada Abad pertengahan, teorinya sangat terkenal. Karyanya banyak dikutip ilmuwan Eropa. Selama abad ke-16 sampai 17, Newton dan Galileo mengombinasikan teorinya dengan temuan mereka.
Yang tercatat: Isaac Newton, pada abad ke-17, dalam teori konvergensi cahaya, menemukan bahwa cahaya putih terdiri dari beragam warna cahaya.
Fakta: Al Haytham (abad XI) dan Kamal Ad Din (abad XIV) pernah mengungkapkan hal yang sama. Newton bukan satu-satunya ilmuwan yang menyatakan teori itu.
Yang tercatat: Ilmuwan Inggris, Roger Bacon (1292) mengemukakan pertama kali tentang kegunaan lensa kaca untuk membantu pengelihatan. Lensa itu merupakan penyederhanaan bentuk dari hasil kerja Al Haytham. Pada waktu yang bersamaan, kaca mata dibuat dan digunakan di Cina dan Eropa.  
Fakta: Ibn Firnas dari Spanyol sudah membuat kaca mata pada abad ke-9. Dia membuat dan menjualnya ke seluruh Spanyol dua abad sebelumnya.

Dalam buku yang sama, ia menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam, dan juga teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekati horison.


Haytham mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Ia memberikan penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa melihat. Salah satu teorinya yang terkenal adalah ketika ia mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid.


Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya, Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.


Dalam buku ini, ia menjelaskan bagaimana mata bisa melihat objek. Ia menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia.


Salah satu karyanya yang paling menomental adalah ketika Haytham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali meneliti dan merekam fenomena kamera obsecura. Inilah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai "ruang gelap". Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya.


Sementara dalam bukunya Mizan al-Hikmah, ia mendiskusikan kepadatan atmosfer dan membangun korelasi antara hal tersebut dengan faktor ketinggian. Ia juga mempelajari pembiasan atmosfer dan menemukan fakta bahwa senja hanya muncul ketika matahari berada 19 derajat di bawah horison. Dengan dasar itulah, ia mencoba mengukur tinggi atmosfer. Dalam bukunya, ia juga membahas teori daya tarik massa, suatu fakta yang menunjukkan ia menyadari korelasi percepatan dengan gravitasi.


Selain di bidang fisika, Ibnu Haytham juga memberikan kontribusi penting terhadap ilmu matematika. Dalam ilmu ini, ia mengembangkan analisis geometri dengan membangun hubungan antara aljabar dengan geometri.


Haytham juga membuat buku tentang kosmologi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi di abad pertengahan. Karya lainnya adalah buku tentang evolusi, yang hingga kini masih menjadi perhatian ilmuwan dunia.

Dalam studi besar tentang cahaya dan visi, Kitab al-Manâzir (Kitab Optik), Ibn al-Haytham disampaikan setiap hipotesis tes fisik atau bukti matematis. Untuk menguji hipotesis bahwa "lampu dan warna tidak berbaur di udara," misalnya, Ibn al-Haytham merancang kamera obscura yang pertama dunia, mengamati apa yang terjadi ketika sinar cahaya berpotongan di aperture, dan mencatat hasilnya. Sepanjang pengamatannya, Ibn al-Haytham mengikuti semua langkah metode ilmiah.


Kitab al-Manazir diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai De aspectibus dan dihubungkan dengan Alhazen pada abad ketiga belas akhir di Spanyol. Salinan buku yang beredar di seluruh Eropa. Roger Bacon, yang kadang-kadang dikreditkan sebagai ilmuwan pertama, menulis ringkasan dari Kitab al-Manazir berjudul Perspectiva (Optik) sekitar dua ratus tahun setelah kematian ahli dikenal sebagai Alhazen.
Sayangnya, dari sekian banyak karyanya (bukunya diperkirakan berjumlah 200 lebih) hanya sedikit yang terisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab Al Manadhir, tidak diketahui lagi rimbanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam bahasa Latin.

Sumber:
Forum swaramuslim-net
ibnalhaytham.net

2 comments:

  1. mank,, kita harus bangga dengan kayanya khazanah intelektual muslim,,, jadikan motivasi khusus untuk kita..

    ReplyDelete
  2. Sayangnya banyak sekali penemuan orang2 muslim yang sejarahnya kemudian 'diselewengkan' oleh Barat.

    ReplyDelete

Tinggalkan Komentar dan Pesanmu disini...!!!
Siapapun boleh berkomentar asalkan beradab yach!!!
Komentarnya sebagai pengguna account google, jika tidak punya account google gunakan saja profile name/url,,
Syukran^^

Daftar Blog Akhwaat